Terbuka Lebar Peluang Ekspor dari Budidaya Belut
Penggunaan pestisida pada lahan pertanian yang berlebihan
akan mempengaruhi ekosistem ikan yang ada disekitarnya, salah satunya adalah
belut. Sehingga keberadaan belut di alam semakin terancam dikarenakan ketidak
seimbangan kita dalam merawat alam.
Tetapi, kini tidak perlu khawatir, anda bisa memanfaatkan
dengan membudidayakan belut sebagai peluang usaha sekaligus menjaga
keseimbangan alam. Selain itu, keuntungan dalam berbisnis belut adalah besarnya
permintaan pasar belut baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Permintaan ekspor belut dari beberapa negara tujuan dapat dilihat ditabel.
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan,
Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia.
Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia
berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa
Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut
tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal.
Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis
Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian
dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan,
memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan
serta hama.
a. Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak
secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan
pemberian peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan
batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini
tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan
konstruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.
b. Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan
teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan
pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri,
pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam
Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x
120 cm.
c. Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemelihaan sebagai
tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk
kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang
pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.
Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi
secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500
cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran
kolam, baik lebih besar maupun kecil.
Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi
secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses
permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.
d. Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk
pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan
keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus
atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif.
ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas
tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning
kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan
dan betina sebagai berikut :
Ciri Induk Belut Jantan
Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.
Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan
pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.
e. Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat
dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan
yang memenuhi persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim
hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim
kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama
ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk
“U”dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk
menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang
tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan
setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian
yang dijaga belut jantan.
f. Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam
pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit
kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan
akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka
meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.
g. Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil
yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan
membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.
h. Hama
belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman
atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan
sesama belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap
sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus
memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk
pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya
memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran
lebih besar dengan usia 6-7 bulan.
Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik
dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan
penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin
banyak.
SUMBER: bisnisukm.com
FOTO: belutkadut.wordpress