Cara Pintar Mengatur Panen Apel

Kondisi iklim Indonesia sebenarnya rezeki pekebun
apel. Di negara 4 musim, apel hanya berbuah sekali setahun. Di sana, daun-daun berguguran saat musim gugur
dan kondisi inilah yang merangsang pembuahan. Di sini, pengguguran daun
(rompes) bisa diatur sesukanya. Otomatis waktu panen pun dapat diprogram dengan
baik. Hanya saja perompesan daun yang dilakukan para pekebun apel belum pas
waktunya.
Di Batu, Poncokusumo, dan Nongkojajar, perompesan daun
dilakukan pada musim kemarau. Jumlah buah yang diperoleh 70%-90% dari total
bunga. Namun, pada musim hujan bunga yang berhasil menjadi buah hanya 5%-30%.
Hasil itu sangat rendah karena pekebun hanya bisa panen 5ton per ha. Bahkan
pada beberapa tahun lalu terjadi gagal panen karena tingginya curah hujan. Pekebun pun
hanya panen sekali setahun. Bunga yang kena hujan, tepung sarinya melempem
sehingga melekat di tangkai.
Sebagai gambaran, jumlah curah hujan harian sebanyak 2,5mm
yang terjadi pada hari ke-25 sampai 35 setelah dirompes, menghasilkan produksi
rata-rata 7kg buah per pohon umur 10 tahun. Bila perompesan dilakukan pada
musim kemarau dengan curah hujan harian 3mm, akan diperoleh 23,5kg apel per
pohon. Pada musim kemarau, apel bersaing dengan buah lain. Mangga, rambutan,
dan durian saat itu membanjiri pasar sehingga harga apel anjlok.
Pindah waktu
Untuk mengatasi kesenjangan produksi dan harga, sebaiknya
perompesan dilakukan berdasarkan kondisi iklim setempat. Pekebun bisa
memanfaatkan data curah hujan yang ada di instansi terkait. Data 5 tahun
terakhir sudah memadai.
Dari pengalaman dan pengamatan, perompesan sebaiknya
dilakukan pada Maret-April dan September-Oktober. Pemangkasan periode pertama,
akhir musim hujan agar proses pembuahan tidak terganggu. Buah dipanen pada
Juli- Agustus-September. Saat itu, harga apel tinggi karena tidak ada
persaingan dengan buah lain. Pemangkasan pada periode II, September-Oktober,
musim hujan baru akan mulai. Bahkan di beberapa daerah belum turun hujan.
Kalaupun hujan, curahnya belum sampai mengganggu pembuahan. Buah dipetik pada
Januari- Februari-Maret. Ketika musim panen tiba, pasokan buah musiman telah
menurun.
Agar penurunan hasil tidak drastis, waktu pengguguran daun
secara bertahap dipindahkan ke dua periode itu. Untuk mencapai periode tadi,
diperlukan 4 musim berbuah atau 2 tahun. Selain itu, kebiasaan petani melakukan
perompesan 3-7 hari setelah panen, berakibat kurang baik bagi tanaman. Oleh
karena itu perlu diubah. Tunas-tunas yang akan tumbuh sebaiknya tetap dibiarkan
terbentuk. Waktu yang pas menggugurkan daun adalah 7-14 hari setelah panen.
Sebenarnya, gagalnya pembuahan dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam ialah tidak terjadinya penyerbukan
bunga. Sedangkan faktor luar, terjadi karena ada gangguan non-patogen seperti
nutrisi, hormon, dan iklim, serta gangguan patogen berupa hama dan penyakit.
Kedua faktor itu dapat terjadi secara bersamaan, maupun saling mengikuti.
(Trully).
PUSTAKA: http://www.agrosukses.com
DIREKTORI: http://www.direktoriagrobisnis.com
GABUNG DI MILIS: http://bit.ly/bQX5lK