Tips untuk Pekebun Kentang: Penampung Air
Inilah teknologi
sederhana bagi pekebun kentang. Sistem penampung air. Sistem ini mampu
meminimalisir run off alias erosi yang sering terjadi saat penanaman di musim
hujan. Imbasnya biaya produksi pemeliharaan seperti penyulaman yang mencapai 5
- 10% dari total biaya dapat ditekan hingga nyaris 0%.
Pada penanaman
normal di musim hujan, penyulaman faktor yang tidak bisa dihindari. Penyebabnya
erosi seringkah muncul saat hujan datang terutama pada penanaman di lereng.
Padahal penanaman di lereng disukai pekebun lantaran lebih mudah membuat bumbun
ketimbang searah kontur. "Karena penanaman di lereng sangat berisiko
terjadi erosi maka penyulaman menjadi lagu wajib pekebun," ujar Wildan
Mustofa pekebun di Pangalengan, Jawa Barat.
Penerapan sistem
penampung air efektif memangkas biaya penyulaman. Prinsip kerja penampung air
adalah menahan air selama mungkin saat hujan hingga ia ikut terserap oleh
tanah. Sistem ini sebetulnya mengadopsi cara penanaman teh yang mengikuti
kontur, tapi dimodifikasi agar dapat diterapkan pada kentang.
Tergantung
kemiringan
Penampung air
dibuat di antara guludan. Jumlah dan besar penampung air tergantung pada
kemiringan lahan dan besarnya curah hujan. Sebagai ilustrasi seandainya curah
hujan rata-rata 10 ml per hari, artinya per m2 tanah sebenarnya mampu menampung
1 cm x 100 cm x 100 cm= 10.000 cm3 setara 10 liter air. Jika curah hujan paling
lebat mencapai 500 ml per bulan atau 16 ml per hari, artinya akan terjadi run
off sebesar 4 ml setara 4 liter per m2.
Dengan mengabaikan infiltrasi karena curah hujan
lebat biasanya berlangsung sebentar sekitar 1 - 2 jam, di antara guludan cukup
dibuat sebuah penampung air berukuran 100 cm x 20 cm berkedalaman 10 cm. Ia
dapat menampung 20 liter air per m2. Besar ukuran penampung memang tidak
standar. Namun setidaknya untuk lebar penampung memakai patokan jarak
antarguludan selebar 20 cm. Kedalaman 10 cm dipakai berdasarkan tinggi guludan.
Jumlah penampung
air tergantung kemiringan. "Di sinilah seninya memakai sistem penampung
air. Kita dapat bereksperimen soal jumlah," papar Wildan. Menurut ujicoba
yang dilakukan alumnus Magister Manajemen Universitas Padjadjaran Bandung itu,
seandainya kemiringan lereng 10% atau setara 10 cm, penampung berukuran 100 cm
x 20 cm berkedalaman 10 cm dapat dibuat setiap jarak 1 m. Namun, jumlah itu
akan semakin kecil tatkala kemiringan semakin rendah. Untuk kemiringan 5%
misalnya antarpenampung cukup berjarak 2 m.
Field save
Meski demikian
perhitungan kapasitas penampung air tidak selalu eksak. Sebagai contoh pada
kemiringan 5% kapasitas penampung air 100 cm x 20 cm berkedalaman 10 cm tidak
20 liter, tetapi dapat menjadi setengahnya lantaran dasar penampung juga memiliki
kemiringan 5%. "Sebab itu di antara lajur guludan perlu dibuat field save
yang letaknya tegak lurus dengan penampung air," ujar Wildan.
Fungsi field save
adalah untuk menahan sisa run off yang lolos dari penampung air. Karena
letaknya tegak lurus, praktis membuat air akan mengalir ke salah satu sisi
dengan kecepatan lebih rendah. Dalam jangka waktu tertentu air itu akan ikut
meresap ke dalam tanah. "Uji coba yang dilakukan membuktikan pemakaian
penampung air sangat efektif. Yang sudah menerapkan sistem ini praktis bebas
erosi," kata Wildan.