Air untuk Getah Kuning Manggis
Getah kuning memang momok menakutkan bagi pekebun, pedagang,
dan eksportir manggis. Seorang eksportir di Jakarta gagal mendapat pasokan gara-gara 60%
manggis asal Lampung terkena getah kuning. Manggis yang terkena getah kuning
penampilannya menjadi cacat. Bila getah menembus daging buah maka rasanya
pahit.
Penyebab getah kuning belum diketahui secara pasti sehingga
cara pengendalian yang tepat sulit dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian
sebelumnya diketahui getah kuning terbagi 2: pada kulit bagian luar alias
pericarp dan kulit bagian dalam atau endocarp. Getah kuning pada endocarp lebih
berbahaya karena eksudat kuning yang keluar mencemari daging buah sehingga
rasanya tidak enak.
Pengamatan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu),
Solok, getah kuning pada pericarp dan endocarp tidak berhubungan sama sekali.
Artinya, biang keladinya tidak sama. Getah kuning pada kulit bagian luar
disebabkan oleh gangguan mekanis seperti tusukan, gigitan serangga, benturan,
dan cara panen yang ceroboh. Kulit luar yang pecah menyebabkan pembuluh getah
mengeluarkan cairan kuning. Sementara getah kuning pada kulit bagian dalam
terjadi karena gangguan fisiologis tanaman.
Gangguan fisiologis
Yang menarik gangguan fisiologis tanaman-disebut juga faktor
dalam-itu dipengaruhi oleh lingkungan terutama jumlah air tanah di perakaran
tanaman. Terutama bila perubahan air tanah terjadi secara tiba-tiba saat
tanaman dalam fase berbuah. Misalnya, manggis berbuah saat musim kemarau.
Tiba-tiba turun hujan deras. Dapat dipastikan buah yang terkena getah kuning
bakal meningkat.
Itu karena pada saat kering-kandungan air tanah terbatas-dinding
sel pada buah mengerut karena minim air. Hujan deras menyebabkan kondisi air
tanah berlimpah sehingga akar manggis menyerap air dalam jumlah besar.
Akibatnya sel penyusun buah manggis mengembang. Pada saat itulah dinding sel
yang tidak terlalu kuat pecah dan mengeluarkan getah kuning.
Berdasarkan kesimpulan sementara itu, Balitbu merancang
teknologi pengendalian getah kuning-terutama yang menyerang kulit bagian dalam-dengan
menstabilkan kondisi air tanah. Itu dilakukan pada saat manggis dalam fase
berbuah. Caranya memberikan air secara terus-menerus dengan teknik irigasi
tetes. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Lima
Puluh Kota. Keduanya sentra produksi manggis di Sumatera Barat.
Turun setengah
Karena manggis tergolong tanaman kayu, maka irigasi tetes
yang dipakai berukuran besar. Penampung air berupa drum plastik i berukuran 200
1 yang dihubungkan dengan selang atau pipa PVC. Selang atau pipa l dilubangi
kecil-kecil dengan jarum sehingga memungkinkan air menetes. Drum kemudian
diletakkan di bawah pohon manggis yang tengah berbuah. Selang diatur melingkari
l tajuk tanaman. Ujung selang dimasukkan ; kembali ke dalam drum (lihat
gambar). Cara l itu dilakukan selama 3 bulan fase berbuah.
Dari penelitian yang berlangsung l selama 4 tahun
disimpulkan cara itu ; mampu menekan getah kuning. Tingkat l serangan getah
kuning di Lima Puluh Koto mencapai 44%. Dengan teknik irigasi tetes getah
kuning turun hingga 21%. Artinya jS terjadi penurunan setengahnya. Di Pesisir
Selatan, manggis tanpa irigasi tetes terkena getah kuning sebanyak 52%. Dengan
irigasi tetes, hanya 33%. Menurun 19%. Berkurangnya persentase getah kuning itu
karena kadar air tanah relatif stabil setelah diberi air secara terus-menerus, tekanan
turgor tanaman stabil sehingga pecahnya dinding sel minimal. Dengan demikian
getah kuning yang keluar pun menurun. Meski tingkat penurunan baru 36-52%,
hasil itu sangat menggembirakan. Pasalnya, hingga saat ini belum ada lembaga
riset yang mempublikasikan teknologi untuk menekan getah kuning pada manggis.
PUSTAKA: http://www.agrosukses.com
DIREKTORI: http://www.direktoriagrobisnis.com
GABUNG DI MILIS: http://bit.ly/bQX5lK