KLIK dan DAFTAR SEKARANG DI AGROSUKSES: Dapatkan Pendanaan, Permodalan, Pemasaran, Kemitraan, dan lain-lain khusus di bidang: Perikanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Agroindustri. (AGROSUKSES, Mitra Agro Terpercaya Sejak 2013).

CARA PESAN: (1). Transfer ke Rekening Mandiri: 127.000.631.8081 a/n PT. Agromania Mitra Artha uang sejumlah Rp 425.000. (2). Setelah transfer, infokan ke kami via SMS/WA ke nomor: 0822-4665-9164 dengan format "Ekspor, Nama Anda, Alamat Lengkap Anda". Contoh: Ekspor, Mira, Jl. Belimbing no.9 Kemang Timur Jaksel 12150. (3). Pesanan Anda langsung dikirim dan resi pengiriman kami kirim ke nomor Anda agar Anda bisa melacak pengiriman.

SEDIKIT INFO: Bisnis ikan sidat semakin banyak dilirik orang. Ikan asli Indonesia yang bernama latin anguilla sp dan mengandung gizi yang sangat tinggi (mengalahkan ikan salmon) ini telah membawa berkah pundi2 rejeki bagi banyak orang: mulai dari remaja, ibu rumah tangga, wiraswasta, karyawan, hingga pensiunan. Peluang bisnis terbaik saat ini dan bisa dilakukan oleh siapa saja.
Hosting Unlimited Indonesia

Raup Untung dari Sayuran Gantung Aeroponik



Di greenhouse 1.000 m2 milik Patung Farm, bayam merah dan hijau menghampar di atas bak seluas 18-20 m2. Tanaman terlihat sehat; daunnya lebar dan sosok vigor. Itu lantaran setiap 3-5 menit sekali nozel menyemprotkan nutrisi ke akar yang menggantung di bawah styrofoa
m. Dengan aeroponik, anggota famili Amaranthaceae itu mampu berproduksi 5-10% lebih tinggi dibanding menggunakan sistem N FT atau floating raft.

Begitulah Parung Farm, Parung, JIL Kabupaten Bogor, memproduksi bayam untuk memasok kebutuhan pasar swalayan, restoran, hotel, dan kafe langganannya. "Bayam sangat cocok ditanam menggunakan sistem aeroponik dibanding dengan teknologi hidroponik lain," kata Matius Aritonang, direktur Parung Farm. Itu lantaran pemberian nutrisi lebih tepat dan teratur.

Menurut Matius tren mengkonsumsi sayuran aeroponik dan hidroponik memang meningkat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Kini, hampir semua pasar swalayan di seluruh nusantara memajang aneka sayuran hidroponik. "Konsumen mulai mengerti hidup sehat. Mereka menginginkan sayuran dengan kualitas tinggi, bersih, dan residu pestisida rendah," katanya. Makanya selain sayuran aeroponik, sayuran lainnya seperti selada, romanian, dan lolorosa hasil hidroponik NFT juga diminta pasar.

Untung tinggi
Tak heran bila setahun silam Riza H, mantan general trading bidang otomotif di Bandung menjadi pekebun hidroponik. Halaman yang luas di Cimanggis, Depok disulap menjadi kebun hidroponik seluas 5.000 m2. "Lebih menguntungkan dibanding kerja di Bandung. Pasarnya lebih terbuka dan jelas, asal kualitas bagus," kata Riza. Di antara puluhan talang NFT yang dialiri nutrisi itulah ia memulai menanam kangkung, caisim, pakcoy, bayam, dan kailan.

Dengan produktivitas rata-rata 1,5- 2 kg/m2 untuk setiap komoditi, alumnus jurusan Teknik Sipil, Universitas Parahyangan, Bandung, itu mampu memanen rata-rata 50 kg/hari. Produksi itu jelas lebih tinggi dibanding budidaya konvensional yang hanya menghasilkan 0,3-1 kg/m2. Dengan total produksi 3-4 ton per bulan, ayah Btari Rahmani itu mampu meraup omzet Rp30-juta-Rp40-juta setiap bulan.

Angin segar dari bercocok tanam aeroponik dan hidroponik juga bertiup di Tapos Hidroponik Farm, Kabupaten Bogor. Awalnya Ir Agus M, pengelola kebun, membangun kebun aeroponik dan hidroponik seluas 600-800 m2 di daerah Cimande, Bogor. Kebun yang terletak 10 km dari Ciawi itu memproduksi caisim dan kangkung 1-2 ton per bulan.
"Karena lagi tren mengkonsumsi sayuran sehat dan higienis, permintaan ikut naik sekitar 50%," ujar Agus. Akhirnya, greenhouse baru seluas 1.000 m2 di Kampung Tapos, Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi didirikan untuk menopang produksi kebun Cimande. Komoditas aeroponik dan hidroponik seperti bayam, kailan, dan pakcoy pun ditanam selain kangkung dan caisim.

Permintaan tinggi
"Permintaan bayam dan komoditas hidroponik lainnya meningkat 2 kali lipat dari tahun sebelumnya," ucap Matius. Setiap bulan alumnus jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang itu memasok langganan 3- 4,5 ton sayuran segar. Menurut Matius lonjakan permintaan hingga 90% dirasakan berasal dari pasar swalayan, kafe, dan hotel- hotel berbintang di Jakarta, Batam, Bali, dan Makassar.

Winz Farm, produsen sayuran hidroponik di Cugenang, Cianjur, juga mengalami kenaikan permintaan selada keriting hingga 25% dari tahun sebelumnya. "Seluruh sayuran aeroponik dan hidroponik mengalami peningkatan permintaan," ujar Merry, staf pemasaran. Tak pelak, perluasan areal penanaman hingga 30% dari luasan 20-30 ha.
Ida Bastari bersama suami Ir Daud, pemilik Abbas Agri Farm di Cipanas itu juga menuai laba tinggi. Ia memasok berbagai jenis sayuran hidroponik seperti kailan, pakcoy, bermacam jenis selada, dan sayuran daun lain. Tidak tanggung- tanggung, permintaan mencapai 300 kg/ bulan untuk 2 komoditas andalan, kailan dan pakcoy.

Menurut Ida Bastari permintaan melonjak drastis pada musim liburan, Natal, dan hari besar lain. "Permintaan hotel dan restoran naik minimal 60%," katanya. Selada keriting misalnya, untuk sebuah perusahaan distributor di Bintaro, Tangerang saja, ia harus menyiapkan 400- 600 pak berbobot 250 g per bulan. "Itu belum termasuk tambahan permintaan dari hotel-hotel," tambahnya.

Kurang pasokan
Besarnya permintaan yang masuk ke Parung Farm membuat Matius kewalahan memenuhi pasokan. "Sekarang sulit cari barang," katanya. Sulitnya mendapat pasokan sehingga permintaan ekspor ke Amerika Serikat pun tak terpenuhi. Sama halnya yang dialami Bastari. Lonjakan permintaan membuatnya kelabakan mencari pasokan.

"Produksi kebun hanya bisa memenuhi 60-70% dari permintaan," kata Bastari. Makanya untuk menjaga kontinuitas produksi ia bermitra dengan petani agar kekurangan 30% dapat tertutupi.

Tak heran bila para pekebun aeroponik dan hidroponik lain berusaha meningkatkan produksi. "Produksi kita terbatas karena luasan lahan tidak mencukupi," kata Agus. Menurut kelahiran Bandung 33 tahun silam itu total produksi 2 kebun yang dikelola 3- 4 ton sebulan sedangkan permintaan bisa 50% lebih tinggi dari produksi.

Sementara untuk memboyong teknologi aeroponik ke kebun membutuhkan biaya tinggi. "Membuat greenhouse, bak nutrisi, nozel, listrik, hingga tenaga kerja membutuhkan modal puluhan bahkan ratusan juta rupiah," tutur Agus.

Besarnya modal untuk membangun greenhouse hidroponik diamini Riza. Menurut kalkulasinya, skala ekonomis budidaya aeroponik dan hidroponik pada luasan 5.000 m2. "Kalau di bawah luasan itu, untung sangat kecil malah cenderung rugi," kata suami Aslis Lerningtias itu. Menurut kelahiran Bandung 34 tahun silam itu untuk membangun greenhouse lengkap dengan sarananya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Itu belum termasuk biaya bibit dan tenaga kerja.

Walaupun padat modal tetapi keuntungan yang diraup besar. Apalagi kemudahan teknologi memberikan harapan untuk diusahakan dalam skala besar maupun rumah tangga. Toh, sampai saat ini pasokan belum terpenuhi. Artinya kesempatan mengusahakan sayuran aeroponik dan hidroponik tetap terbuka.


GABUNG DI MILIS: http://bit.ly/bQX5lK


Posting Komentar

  © Pasar Agro Online Indonesia by Agrosukses.com 2016

Back to TOP