Ayam Arab Putih Si Mesin Petelur
Raut muka
Komarudin berseri-seri ketika memasuki kandang. Sejak 2 bulan lalu ia
memungut telur jauh lebih banyak. Itu berkat ayam yang tidak sengaja
ditemukannya, arab putih. Ayam itu selain rajin bertelur juga tidak rakus.
Dari 160 ekor yang dipelihara setiap hari Komarudin memungut
136 telur. "Produksi arab putih memang tinggi mencapai 85%," kata
peternak di Tulungagung, Jawa Timur, itu. Arab putih mulai belajar bertelur
pada umur 4 bulan. Lalu sejalan dengan bertambahnya umur jumlah telur meningkat.
Pada umur 6 bulan produksi sekitar 60% kandang baterai berisi arab putih. Di
atas deretan kandang itu masih terlihat kandang yang dihuni silver dan merah.
"Suatu waktu pasti akan diganti dengan arab putih," tambahnya.
Irit pakan
Komarudin
menggantungkan harapan pada si putih bukan tanpa alasan. Sebagai ayam petelur,
arab putih mendekati sempurna. "Rajin bertelur dan irit pakan karena
bersosok mungil, hanya 1,2 kg," pujinya. Pengalaman Komarudin beternak
ayam petelur, baru arab putih yang pakannya tidak boros.
Komamdin mencatat
white braekels itu berada pada puncak produksi, 85%, ketika memasuki umur 7
bulan. "Entah sampai kapan ia bertengger di angka itu," ujarnya. Yang
jelas kini ayam-ayamnya genap 9 bulan masih menapak di 85%. Artinya dari 100
ekor, setiap hari 85 ayam bertelur. Komarudin memprediksi pada tahun pertama
tingkat produksitvitas di atas 75%. Di tahun kedua menurun 15 - 20% atau hanya
55 - 60%.
Lebih unggul
Arab putih adalah
mutasi dari arab silver dan arab merah yang di tahun2 lalu menggegerkan peternak.
Mereka ayam petelur unggul yang produksinya di atas 85%, tidak mengeram, serta
tahan terhadap penyakit tetelo dan lumpuh. Itulah sifat-sifat yang diwariskan
kepada ayam arab putih.
Sayang, karena
persilangan yang terus- menerus, kini arab silver dan merah keunggulannya
melemah. Produksinya hanya 65% dan rentan penyakit. Beruntung di saat kritis - produksi
menurun - itu dari tetasan silver ditemukan anak ayam berbulu putih. Padahal
arab silver biasanya berbulu burik hitam putih. "Karena aneh saya pisahkan
dan dirawat ekstra hati- hati" kata Komarudin. Saking penasaran dengan si
putih, yang ada dipeternak lain di Tulungagung dibeli oleh Komarudin.
Ada sekitar 160
arab putih betina yang berhasil dikumpulkan ayah 3 anak itu. "Saya
pelihara sejak kecil dan tak ada satupun yang mati," ucapnya sambil
menunjuk deretan ayam2nya
Arab merah dan
silver yang dibilang irit tidak kurang dari 80 g. Tentu saja beternak arab
putih jadi lebih menguntungkan. Komarudin mencontohkan, dari 100 ekor betina
arab putih dibutuhkan 7 - 7,5 kg pakan per hari. Harga pakan oplosan terdiri
dari konsentrat, bekatul, jagung, dan mineral.
Tingginya nilai
keuntungan memelihara arab putih diakui juga oleh Syaiful yang memiliki 2.000
ayam arab di Tulungagung. "Sampai di atas 2 tahun dengan produksi 50% saja
arab putih masih menguntungkan," ujarnya. Telurnya walau sedikit lebih
kecil, 37 - 39 g /butir, dihargai sama dengan arab merah atau silver yang bobot
telurnya 40 - 42 g/butir.
Menurut Syaiful,
bagi konsumen telur ayam kampung yang penting bukan bobot telur, tapi warna
kerabang. Citra ayam kampung adalah berkerabang putih hingga sedikit kemerahan.
Arab putih bercangkang telur putih memenuhi kriteria itu sehingga dengan mudah
dipasarkan. Wajar bila sekarang banyak peternak yang mengincar arab putih. Di
antaranya Widharto Pambudi di Jakarta.
Ia membeli 500
arab dari penyedia DOC (iday old chicken) di Tulungagung. "Karena
potensinya yang besar sebagai ayam petelur, arab putih bisa menggantikan arab
merah atau silver," ungkap Widharto. Toh perkembangan populasi arab putih
cepat lantaran 80% hasil penetasan berkelamin betina.
Asalkan saja
peternak tidak mengulangi sejarah dengan mengawinkan sedarah terus- menerus,
keunggulan si putih tetap teijaga. Raut muka peternak pun akan seperti Komarudin
yang selalu berseri-seri kala melangkah ke kandang.