Minyak Kayumanis Incaran Eksportir
Sepuluh tahun menanti Mahmud, pekebun kayumanis di Kabupaten
Kerinci, Jambi, dapat mengupas 3-5 kg kulit kering Cinnamomum sp. Sayang
harganya lumayan murah. Setelah itu ia harus sabar menunggu 6 tahun lagi.
Pekebun kayumanis merasa getir, meski tiga jenis selalu diminta pasar.
Kulit kayumanis yang diambil Mahmud itu kelak disuling
menjadi minyak kayumanis. Selain
kulit, ranting, dan daun juga bisa dijadikan bahan baku penyulingan. Di kulit
batang C. Zcylanicum kandungan sinnamaldehida-komponen utama minyak asiri-cukup
tinggi 2,21%. Di daun kandungan eugenol yang juga komponen utama minyak daun
cengkih, paling tinggi mencapai 83%. "Eugenol membuat minyak kayumanis
menjadi pahit," ujar Ir. Sofyan, ketua Kelti pasca panen Balai Peneltian
Tanaman Rempah dan Obat.
Pesaing Indonesia
untuk pasar dunia, seperti Vietnam, Kamboja, dan Malaysia kian gencar
mengembangkan kayumanis. Mereka tidak tanggung-tanggung mengebunkan Cinnamomum
sp dalam skala luas. Sayang, Indonesia sebagai surga kayumanis malah tidak
mengembangkan. "Penanamannya skala kecil dan tidak dirawat. Begitu tanam
langsung ditinggal, pas butuh uang baru ditengok," ujar Dr Azmi, MS, peneliti
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian di Bogor.
C. cassia paling unggul
Di perdagangan
dunia C. cassia disebut juga cassia ligena atau cassia cina, sesuai asalnya
Republik Rakyat Cina. Ia banyak dibudidayakan di Desa Kebumen, Kecamatan
Baturaden, Purwokerto dan Lembang, Bandung.
Keistimewaan
minyak cassia, kadar sinamaldehida paling tinggi, 85-95%. Sedang kadar minyak kulit C. cassia berkisar
3,78%. Selain itu aroma dan rasanya menyengat. Kebanyakan digunakan sebagai
rempah-rempah dan bahan baku obat-obatan.
Sosoknya berbeda
dibanding C. zeylanicum dan C. burmanii. Batang tinggi dan lurus mirip manggis.
Tajuk berbentuk piramid dan banyak cabang. Warna pucuk tanaman bervariasi dari
hijau muda sampai hijau muda kemerahan. Kulit batang agak tebal, tapi mudah
dikelupas. Panen pertama saat tanaman berumur 10-15 tahun.
C. zeylanicum: serba guna
Tanaman asal Srilangka itu dikenal sebagai kayumanis ceylon . Jika
jenis lain diambil kulit batangnya, C. zeylanicum dipanen kulit kayu cabang,
dahan, dan ranting. Ia memberikan
produksi daun dan kandungan minyak tertinggi, 3,95%. Kadar sinamadaldehida
paling rendah, hanya 50%. Oleh karena itu rasa dan aromanya lebih lembut.
Ia cocok ditanam
di dataran rendah, 15-500 m dpi. Sosok tanaman agak bengkok, cabang tidak
beraturan sehingga nampak rimbun. Pada umur 3-4 tahun tanaman sudah dapat
dipanen, walaupun yang diambil cuma 1 kg. Kulit batang paling tipis di antara
ketiga jenis lain sehingga gampang dikupas.
C. burmanii: kulit tebal
Inilah kayumanis kebanggaan Indonesia . Ia banyak ditanam di
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jambi. Di pasar dunia kayumanis Indonesia itu
dikenal dengan 2 nama dagang. Kerinci untuk kayumanis terbaik asal wilayah
Gunung Kerinci di Sumatera Barat dan Jambi. Sedangkan kayumanis asal daerah
lain dikenal sebagai verra.
C. burmanii
banyak dipakai sebagai bumbu atau bahan baku pembuatan oleoresin. Ia memiliki
kadar minyak terendah 3,45%. Kandungan sinamadaldehida lebih tinggi dibanding
C. zeylanicum, 65%.
Sosoknya mudah
dikenali. Warna merah pada pucuk daun ciri khas tanaman tersebut. Semakin
tinggi lokasi penanaman warna merah kian kentara. Bentuk daun bulat, panjang,
dan tebal. Tinggi tanaman mencapai 15 m dengan percabangan lurus dan teratur.
Ia cocok ditanam di ketinggian 500-1.500 m dpi. Umur 6-8 tahun dapat dipanen 4
kg. Pekebun harus ekstra
tenaga untuk mengupas lantaran kulit batang sangat tebal.