Mewujudkan Mimpi Petani
Bagi petani kecil agribisnis hortikultura adalah usaha
budidaya diikuti pemasaran produk untuk memperoleh pendapatan optimal. Setiap
petani ingin memperoleh penghasilan setinggi mungkin dari usaha taninya. Agar
tujuan itu tercapai, petani harus jeli menyusun strategi seperti pemilihan
jenis tanaman sesuai permintaan pasar dan menjaga kualitas produk.
Melakukan usaha agribisnis impian setiap petani. Namun,
persyaratan memiliki posisi sebagai pelaku usaha agribisnis masih belum
dipenuhi. Lalu apa yang harus dilakukan oleh petani-petani kecil yang selama
ini hanya berfungsi sebagai produsen?
Pertama pembentukan kelembagaan usaha agribisnis dalam
bentuk koperasi, kelompok usaha, atau asosiasi produsen. Dengan demikian dapat
dirundingkan dan disepakati bersama pemilihan komoditas, volume produksi,
jadwal tanam, teknologi budidaya untuk memperoleh produk berkualitas, dan harga
jual.
Adanya kelembagaan agribisnis memungkinkan usahatani kecil
milik petani dikelola sebagai perusahaan komersial yang mampu meraup untung.
Oleh karena itu, perlu perencanaan produksi, manajer produksi, pengawasan mutu,
dan manajer pemasaran yang didukung oleh sarana transportasi.
Kedua, pembentukan modal usaha untuk mengembangkan
agribisnis. Bila memungkinkan modal
diperoleh dari iuran masing-masing anggota. Lembaga agribisnis dalam bentuk
koperasi atau perusahaan mestinya dapat memperoleh kredit perbankan dengan
jaminan sertifikat tanah atau perusahaan.
Modal dapat juga
dihimpun dari masyarakat. Ajak mereka menanamkan investasi atau modal pada
perusahaan. Atur pembagian keuntungan yang saling disepakati. Kesepakatan itu
juga harus mencakup aturan main jika justru kerugian yang terjadi.
Ketiga, penerapan
teknologi maju guna meningkatkan mutu dan efisiensi produksi. Teknologi
disesuaikan dengan tingkat perkembangan usaha agribisnis. Bimbingan dan
pendampingan penggunaan teknologi oleh petani mutlak dilakukan supaya hasil
yang didapat sesuai harapan.
Promosi
Langkah pertama setelah penentuan komoditas, memilih
varietas unggul yang dikehendaki pasar. Gunakan benih atau bibit bermutu
tinggi. Pilihlah teknik yang efisien
dan efektif yang mampu memaksimalkan produktivitas.
Gunakan pestisida
secara bijaksana untuk mengendalikan hama penyakit. Banyak konsumen sudah
memahami dampak buruk pestisida berlebihan bagi kesehatan. Bahkan beberapa
negara tujuan ekspor telah memiliki kebijakan ketat mengenai ambang batas
residu.
Meski demikian,
pascapanen mulai dari kebun, sortasi, hingga pengemasan juga perlu dilakukan
hati-hati. Tidak serampangan. Tujuannya mengurangi timbulnya kerusakan yang
berdampak mengurangi perolehan keuntungan.
Pemasaran dan
promosi merupakan bagian terberat dalam usaha agribisnis pada tahap awal.
Dengan gigih menembus pasar dan mencari pembeli potensial, lama-lama pasar
pasti diperoleh. Target pasar beraneka ragam, seperti pasar tradisional, warung
pengecer, pedagang asongan, kios-kios, pasar swalayan, hotel, restoran, asrama,
rumah sakit, perusahaan katering, kompleks perumahan, dan tempat wisata.
Langkah
berikutnya dalam pengembangan pasar adalah menjual ke luar negeri. Caranya
langsung sebagai pelaku ekspor atau bermitra dengan eksportir berpengalaman.
Dapatkah hal tersebut dilaksanakan oleh para petani kecil di lapangan?
Jawabannya tergantung kemauan mereka mengorganisasi diri untuk berkembang
bersama.
Hal lain yang
turut berperan, pengurus kelembagaan agribisnis perlu jujur, berjiwa wirausaha,
berkemampuan memprediksi pasar, inovatif mengembangkan produk, dan selalu ingin
maju. Petani pun sebaiknya sabar menunggu hasil usaha, tidak terburu-buru
menjual secara ijon yang justru merugikan.
Persyaratan itu
memang cukup berat bagi petani. Namun, dengan pembinaan dan bimbingan, impian
petani-petani kecil untuk memiliki dan menjadi anggota perusahaan agribisnis
hortikultura, bukan hal mustahil. Semoga demikian.