Tanaman Air Berkualitas Ekspor
Letaknya kurang lebih 80 km dari Bangkok ke arah timur, tepatnya di Kabupaten
Bangnampkiew, Provinsi Chachoengsao. Di situlah Vichai memproduksi berbagai
jenis tanaman air kualitas ekspor. Dengan metode kering dan basah, Vichai yang
berpengalaman 20 tahun menghasilkan tanaman air bebas hama dan kotoran.
Memasuki areal kebun tanaman air itu, sepintas tidak
terlihat hiruk-pikuk aktivitas para pekerja. Maklum lahan 3 hektar itu membuat mata tak bisa menjangkau ke segala arah.
Namun, melongok ke ruang pengepakan beberapa pekerja tampak sibuk menghitung,
mengikat, dan mengemas tanaman air dalam kantung plastik. Ada yang dihimpun 2-3
rumpun, dibalut rockwool, kemudian diikat dengan plat alumunium. Plat pengikat
itu juga berfungsi sebagai pemberat. Cara lain, satu kemasan plastik diisi
10-100 tangkai tanaman air tanpa diikat. Kantung-kantung yang sudah terisi
ditata rapi dalam kotak stereofoam, dan siap dikirim.
Selain ruang
pengepakan, terlihat beberapa bangunan berbentuk kumbung dan deretan kolam'
beratap shading net. "Importir menuntut tanaman air bebas kotoran dan
hama," kata Vichai. Untuk itulah ia mengupayakan teknik budidaya intensif.
Baginya haram, hama menyentuh tanaman. Agar tidak mencegah sengatan matahari
terlalu terik. "Normalnya intensitas cahaya dipertahankan 70%-80%,"
tutur Vichai.
Kering dan basah
Di dalam kumbung berukuran 15m x 8m itu terdapat puluhan
kolam pasir dirambah serangga dan siput- siputan, seluruh atap dan dinding
kumbung berangka besi itu dibalut rapat dengan shading net 30%. Shading net juga berfungsi menjaga kelembapan dan
berbentuk persegi. Ukuran setiap kolam 2,5m x 1,5m x 30cm. Anehnya, di seluruh
ruangan tak tampak sedikit pun air menggenang.
Walaupun berujud
tanaman air, Cryptocoryne affinis, Echinodorus bleheri, dan Echinodorus
horizontalis yang ada di sini seakan ditumbuhkan di daratan kering. Namun,
ketika dikorek dengan tangan ternyata air tetap ada di antara partikel pasir.
Vichai menyebutnya sistem kering karena hanya akar yang menghujam ke dalam
pasir. Sedangkan batang dan daun berada di atas. Karena terbuka ia riskan
serangan hama sehingga harus ditempatkan di ruangan ber-shading net.
Sebagian jenis
tanaman air seperti Anubias barteri tidak bisa ditumbuhkan dengan sistem
kering, melainkan harus tenggelam dalam air. Metode ini disebut sistem basah.
Bila dipaksakan di sistem kering, warna Anubias akan berubah. Untuk itu, Vichai
juga membangun ratusan kolam yang letaknya berdekatan dengan kumbung. Untuk
mengurangi penetrasi cahaya, atap shading net tetap dipasang di sepanjang
deretan 2 baris kolam.
Ukuran kolam sama
dengan yang di kumbung, hanya ketinggiannya saja yang berbeda 6 0 c m . Kalau
di kolam kumbung hanya tampak media pasir, kolam sistem basah diisi air
setinggi 30cm. Di air bening itu, tanaman air yang ditumbuhkan tampak jelas.
Sebagian besar berwarna hijau dan hijau muda, tetapi ada juga yang merah.
Selain pasir,
Vichai melengkapi kolam sistem basah dengan tandon karbondioksida yang
diletakkan di tengah kolam. Bentuknya seperti akuarium terbalik berukuran 40cm
x 30cm J Ocm. Sarana ini menjadi perlengkapan standar setiap kolam.
Pasokan karbondioksida
Setiap 5 hari
sekali Vichai menambahkan cadangan karbondioksida ke dalam tandon gas di setiap
kolam. Oleh karena itu,
walaupun dipelihara secara massal tanaman air tampak segar dan hidup baik. Ia
menyuntikan gas asam arang itu melalui tongkat dari pipa PVC satu inci yang
dihubungkan dengan tabung gas. Begitu keran tabung dibuka, gas akan mengisi
tandon. Sebaliknya air dalam akuarium terbalik itu akan terdesak keluar.
Agar tidak
mengapung, akuarium ditindih dengan rangka beton yang bisa diangkat.
"Secara perlahan karbondioksida akan menyebar ke air," kata Vichai.
Karbondioksida dibutuhkan tanaman saat berespirasi di siang hari. Sebaliknya,
pada malam hari ia membutuhkan oksigen.
Metode pemberian
karbondioksida sebenarnya umum dilakukan di dalam akuarium dengan dominasi
ornamen tanaman air. Akuarium tanaman air kreasi Aqu Aquarium, Jakarta,
dilengkapi tabung karbondioksida ber-regulator. Secara otomatis alat itu
bekerja bila diperlukan.
Tolok ukurnya pH
air. Jika pH tinggi, berarti kandungan karbondioksida minimal. Secara otomatis
aliran karbondioksida terbuka. Jika dilakukan dalam budidaya tanaman air,
"Itu suatu hal yang bagus dan kreatif," tutur Henry Tedjasaputra,
pembudidaya tanaman air di Caringin, Bogor. Selama ini, tanaman air
dibudidayakan dengan sistem kering terbuka bermedia tanah.
Bebas hama
Setelah media dan
perlengkapannya disiapkan, bibit segera ditanam. Vichai juga melakukan
perbanyakan tanaman melalui setek batang dan pemisahan anakan. Pangkal batang
bibit cukup dibenamkan di pasir menggunakan pinset. Beberapa jenis tanaman air
yang dibudidayakan, antara lain Ludwigia natans, Echinodoruspeniculatus,
Bolbitis heteroctita, Hygrodiformis rosanervis, dan Lubelia cardinalis.
Jenis-jenis itu umumnya memang ditemukan di daerah tropis. Umur panen
berbeda-beda, ada yang 2-3 bulan. Namun, ada yang agak lama, seperti Bolbitis
heteroctita 6 bulan.
Sebelum dikemas,
mereka harus disucihamakan. Vichai memilih kupri sulfat atau Difterex lppm
sebagai disinfektan. Bahan pertama tidak dapat diaplikasikan ke semua jenis
tanaman. Eugeria densa sangat sensitif, bila diberi kupri sulfat bukannya
bersih malah layu. Bahan kedua lebih aman, walaupun perendamannya memerlukan
waktu semalam. Dengan cara itu, selain bebas hama tanaman air tahan 2 hari
walaupun ada dalam kemasan plastik. Syaratnya suhu harus tetap dingin dan
lembap.
Tanaman air hasil
budidaya Vichai di Thailand sangat diminati konsumen walaupun harganya sangat
tinggi.
Semi Hidroponik
Ala Vichai
Dari' tandon yang dibuat di bawah tanah ruangan kumbung,
pada pagi hari Vichai memompa air pupuk dari penampungan ke kolam-kolam melalui
instalasi pipa. Setelah pasir dalam kolam jenuh air, pengisian dihentikan. Air
pupuk yang meresap ke dalam pasir mengalir kembali ke dalam tandon. Sore harinya,
perlakuan ini diulang lagi.
"Sistem ini kami sebut semi hidroponik," tutur
Vichai Tienrungsri. Kalau umumnya budidaya tanaman air dilakukan dengan media
tanah, di Thailand menggunakan pasir. Media tanam, sejenis pasir kuarsa
berwarna putih yang agak kasar. Pasir setebal 20cm itu dihamparkan rata di
dalam kolam.
Sebelum digunakan, ia harus melalui proses sterilisasi.
Selesai satu siklus pemeliharaan, pasir diangkat, dicuci, lalu dikeringkan.
Vichai meramu sendiri pupuk yang digunakan dengan perbandingan
N:30, P:5, K:10. Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman air yang menggunakan
metode basah, digunakan pupuk granular yang dibenamkan. Pupuk slow release itu
akan mencukupi hara tanaman sampai 3 bulan. (Trully).