Menanam Bawang Putih di Dataran Rendah
Berbicara tentang
sentra produksi bawang putih, biasanya orang akan langsung membayangkan daerah
berhawa sejuk seperti Batu di Malang, Tawangmangu, Solo dan Kabupaten Karo di
Sumatera Utara. Ini memang beralasan karena selama ini bawang putih hanya
berhasil bila ditanam pada lahan berketinggian 600-2.000 meter di atas muka
laut. Akan tetapi, bagi petani di Kab. Bantul, D.l. Yogyakarta, teori itu
ternyata tak berlaku. Di daerah beriklim panas dengan ketinggian lahan tak
lebih dari 200 meter dari muka laut ini, mereka berhasil menanam bawang putih
dengan hasil cukup memuaskan.
Berdasarkan data
dari kantor Proyek Pengembangan Bawang Putih (PPBP), Bantul, pada musim tanam
tahun lalu lahan yang ditanami bawang putih sudah mencapai 476 ha dengan
produksi rata- rata 6,5 ton umbi kering cabut/ha. Produksi ini memang belum
maksimal, karena menurut Balai Penelitian Hortikultura, Lembang, varietas lumbu
putih yang ditanam petani Bantul, bisa mencapai 8 ton/ha. Akan tetapi menurut
petani, dengan hasil 6,5 ton pun mereka sudah mengantungi laba besar. Ketika kami
bertanya tentang cara bertanamnya, berikut ini uraian mereka.
Mempersiapkan
lahan/tanam
Cara pengolahan
tanah untuk mempersiapkan penanaman bawang putih di dataran rendah tak ubahnya
seperti cara di dataran tinggi. Tanah dipacul 2-3 kali sampai gembur, lalu
dibentuk bedengan lebar 1-1,5 m, tinggi 15-20 cm dengan arah membujur dari
utara-selatan. Parit antar bedengan dibuat rapi karena sekaligus berfungsi
sebagai saluran drainase. Langkah berikut adalah memberi pupuk dasar berupa
pupuk kandang 20 ton, TSP 150-200 kg dan KCL 300-350 kg setiap hektar. Setelah
lahan siap, bibit varietas lumbu putih bisa langsung ditanam. Bibit telah siap tanam
bila titik tumbuh (tunas) sudah mencapai ujung siung, atau dengan kata lain
sudah disimpan selama 6-8 bulan.
Kebutuhan bibit
sekitar 270-300 kg per ha (tergantung besar-kecilnya siung). Kemudian bibit
yang masih utuh itu dipecah menjadi siung, lalu ditanam di bedengan. dengan
jarak tanam 10x10 atau 10 x 15 cm (tergantung besarnya siung). Cara menanamnya
dengan membenamkan 3/4 bagian siung ke dalam tanah. Terakhir, bedeng ditutup
dengan mulsa atau jerami secukupnya.
Pemupukan
Karena lahan
terletak di daerah panas dengan penguapan yang tinggi, setelah penanaman,
penyiraman mutlak dilakukan setiap hari minimal selama 7 hari dengan gembor.
Penyiangan juga perlu dilakukan 3 kali sampai tanaman berumur-60 hari. Waktunya
sangat tergantung pa a pertumbuhan gulma. Cara lain membasmi gulma ialah dengan
menyemprotkan herbisida seperti Lassa (3 liter/ha) atau dengan Goal 2E (2
liter/ha).
Kini di Lumajang
pun bawang putih sudah banyak ditanam di atas lahan berketinggian 75 hingga 300
m d.p. I
Petani Bantul melakukan
pemupukan setelah tanam sebanyak 3 kali. Pupuk susulan pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 15 hari dengan ZA sebanyak 100 kg/ha. Berikutnya
setelah bawang putih.
Hama dan penyakit
Hama yang kerap
ditemukan menyerang bawang putih ialah trips. Tanaman yang diserangnya menjadi
layu dan mengering serta daunnya berbintik-bintik putih. Untuk memberantas hama
ini, selain dengan pergiliran tanaman ialah dengan menyemprotkan libacyd atau
diazinon dengan dosis 1-1,5 cc/liter air. Interval penyemprotan 7 hari sampai
umur tanaman 10 minggu.
Akan tetapi jika
serangan yang tampak berupa daun kerdil dan berlipat-lipat, kemudian ujung akar
mengering serta umbi membusuk, itu pertanda tanaman diserang nematoda.
Pemberantasannya dengan disemprot Furadan. Bila umbi tampakberwarna cokelat
tua, berarti tanaman itu diserang cendawan. Pengendaliannya bisa dengan
menyemprotkan fungisida Dithane M46 sebanyak 2 gr/liter air. Interval
penyemprotan tetap 7 hari.
Panen berumur 30
hari dengan pupuk ZA sebanyak 50 kg/ha. Setelah tanaman berusia 45 hari pupuk
susulan ketiga diberikan berupa campuran Urea 25 kg, TSP 125 kg, dan KCI 50 kg.
Usia bawang putih yang ditanam di dataran rendah tak berbeda dengan di dataran
tinggi yakni 90-114 hari. Ciri tanaman yang siap dipanen ialah daun dan
batangnya kuning kecokelat-cokelatan dan sudah rebah. Untuk menghasilkan bibit,
sebaiknya panen ditunggu «sampai tanaman berusia 114 hari. Dengan demikian akan
diperoleh bakal bibit berkualitas baik untuk ditanam kembali di dataran rendah.