Mengapa Tanah Asam Tidak Baik Ditanami?
Banyak hobiis
yang sudah maklum bahwa tanah asam tidak baik ditanami. Walaupun demikian,
mungkin masih banyak yang belum mengerti kenapa bisa demikian.
Yang dimaksud
dengan tanah asam adalah tanah yang mempunyai pH rendah, di bawah angka 5,5.
Buat Indonesia yang beriklim tropik-basah, tanah asam bukan sesuatu yang aneh.
Guyuran hujan yang berkepanjangan akan "mencuci" ion-ion alkali
(basa) seperti Ca, Mg, K dan P dari jerapan-jerapan tanah. Sebaliknya, jumlah
ion hidrogen malah makin meningkat (karena banyak air yang melepaskannya).
Padahal, ion hidrogen itulah biang keladi terjadinya keasaman tanah.
Pertanyaan
sekarang: kenapa tanah asam tidak baik ditanami? Semakin asam tanah itu
(semakin rendah angka pH-nya), maka jumlah ion Al (Alumunium) dan Mn (Mangan)
dalam tanah makin meningkat. Padahal Al bersifat toksik terhadap tanaman, demikian
pula Mn yang berlebihan. Bukan cuma itu saja, tanah yang asam juga selalu
berkonotasi dengan tanah basah, yang berarti jumlah oksigen yang dikandungnya
hanya sedikit. Kondisi demikian akan menekan kehidupan bakteri aerop (bakteri
yang hidupnya memerlukan oksigen) yang bertugas menguraikan bahap organik dalam
tanah. Akibatnya bisa ditebak: peruraian bahan organik akan terhambat dan tanah
menjadi tidak subur.
Akibat lebih
gawat dari pH tanah yang rendah adalah, dengan semakin rendahnya angka pH, maka
ketersediaan sebagian besar unsur hara akan makin rendah juga. Persoalannya
bukan saja karena banyak unsur hara yang tercuci oleh hujan, tapi juga karena
dalam kondisi pH rendah, banyak sekali unsur hara yang diikat oleh Fe- dan liat
sehingga tidak bisa tersedia bagi tanaman. Sialnya, meski kemudian unsur hara
itu kita tambah lewat pemberian pupuk, ia tetap akan "diikat"
sehingga tidak bisa diserap oleh akar tanaman.
Jenis-jenis unsur
hara yang tersedia tapi sedikit pada kondisi pH yang rendah, bisa dilihat pada
gambar. Tampak bahwa pada angka pH di bawah 6, ketersediaan unsur nitrogen,
fosfor, kalium, sulfur, kalsium, magnesium dan molibdenum makin berkurang.
Memang ada juga unsur yang ketersediaannya tidak berkurang, atau justru makin
meningkat, seperti besi, mangan dan boron. Akan tetapi, ini malah menimbulkan
masalah: mangan akan meracuni tanaman dan Fe (besi) akan mengikat hara.
Sebenarnya,
persoalan semacam ini juga dihadapi pada pH yang semakin tinggi. Pada pH mulai
7,5 ke atas, ketersediaan nitrogen dan fosfor juga makin berkurang. Hanya,
kondisi pH tinggi demikian pada tanah di Indonesia relatif jarang jika
dibandingkan dengan persoalan tanah asam. Maka, tidaklah sering
diperbincangkan.
Juga dapat
dilihat bahwa ketersediaan unsur hara menjadi optimum pada kisaran pH antara
6-7,5. Pada kisaran angka ini, kalau kita menambahkan unsur hara lewat
pemupukan juga tidak akan diikat oleh Fe (karena jumlah kedua ion ini makin
menurun dengan makin meningkatnya angka pH) sehingga bisa tersedia bagi tanaman.
Yang dimaksud
dengan tanah asam adalah tanah yang mempunyai pH rendah, di bawah angka 5,5.
Buat Indonesia yang beriklim tropik-basah, tanah asam bukan sesuatu yang aneh.
Guyuran hujan yang berkepanjangan akan "mencuci" ion-ion alkali
(basa) seperti Ca, Mg, K dan P dari jerapan-jerapan tanah. Sebaliknya, jumlah
ion hidrogen malah makin meningkat (karena banyak air yang melepaskannya).
Padahal, ion hidrogen itulah biang keladi terjadinya keasaman tanah.
Pertanyaan
sekarang: kenapa tanah asam tidak baik ditanami? Semakin asam tanah itu
(semakin rendah angka pH-nya), maka jumlah ion Al (Alumunium) dan Mn (Mangan)
dalam tanah makin meningkat. Padahal Al bersifat toksik terhadap tanaman,
demikian pula Mn yang berlebihan. Bukan cuma itu saja, tanah yang asam juga
selalu berkonotasi dengan tanah basah,
Dari uraian di
atas jelaslah kenapa tanah dengan pH di bawah 5,5 (tanah«asam) kurang baik
untuk ditanami sehingga perlu dinaikkan dulu pH-nya dengan jalan pengapuran.