Buah Kedondong/ Spondias cythrerea (Buah Unggul Indonesia)
Salah satu buah pelengkap asinan atau rujak adalah kedondong
(Spondias cythrerea). Buah ini bisa pula dimakan begitu saja sebagai buah
pencuci mulut. Sayangnya, kedondong ini belum mendapat perhatian khusus dari
yang berwewenang, sehingga belum diketahui oleh masyarakat secara resmi
kultivar mana yang sebaiknya dibudidayakan.
Walaupun demikian masyarakat penggemar buah-buahan telah
banyak yang mengetahui kedondong mana yang patut dijadikan unggulan. Biasanya
masyarakat menyukai kedondong yang manis rasanya dan dagingnya renyah serta
tebal ukurannya, selain itu juga kulit buahnya licin dan halus. Kedondong yang
bisa dimasukkan dalam kedondong unggulan yaitu kedondong karimunjawa, kedondong
kendeng, dan kedondong bangkok. Produksinya bisa mencapai 800-900 buah/pohon
per tahun.
Kedondong karimunjawa pertama kali ditemukan di Karimunjawa
dan penyebarannya sekarang sudah meluas yaitu sampai Sumatera, Lombok, Bali, dan sebagainya. Bentuk buahnya bulat lonjong dengan
bobot per buah sekitar 0,7-1,0 kg (bisa kita bayangkan besarnya); kulitnya
mudah dikupas; dagingnya berwarna putih kekuningan, renyah dan rasanya manis
segar sedikit asam; bijinya relatif kecil seperti rambutan dengan rambutnya
yang kaku dan pendek. Kulit buah berwarna hijau bersemu kuning bila telah tua
dan matang.
Kedondong kendeng, seperti kedondong biasa tetapi rasanya
lebih manis. Bobot per buah antara 0,25-0,5 kg; daging buah berwarna putih
kekuning-kuningan dan akan berubah menjadi kuning bila telah matang, renyah
sekali, dan ketebalan daging buahnya 2n3 crp. Kulit agak sulit dikupas,
berwarna seperti kedondong karimunjawa tetapi tidak begitu licin. Bijinya kecil
dan produksinya pun hampir sama dengan kedondong karimunjawa bila umur telah
mencapai sekitar 10 tahunan.
Kedondong bangkok berbeda dengan buah yang ber- inisial
bangkok lainnya. Buah ini memang benar-benar berasal dari Bangkok. Kehadirannya di Indonesia atas
prakarsa Santosa Wijaya, seorang nursery yang tinggal di Jakarta. Buahnya sebesar telur ayam kampung,
dengan berat rata-rata 25 gram. Dilihat dari ukurannya memang kurang menarik.
Namun keunggulannya terletak pada kegenjahan- nya dan jumlah buahnya. Setelah 3
bulan biji disemaikan, tanaman kecil ini telah memunculkan bunga-bunganya. Saat
berumur 6 bulan, pentil hijau tampak bergelantungan. Warna buah berubah
kekuningan saat umurnya 8-9 bulan. Ratusan buahnya akan tampak bergelantungan,
begitu umurnya menginjak setahun. Jumlah buah ini bisa ribuan, setelah berusia
sekitar 4 tahun. Saat masih muda, rasanya asam, tidak berserat, biji lunak
dengan rambut halus. Setelah tua, daging buah renyah dengan rasa sedikit asam dan
tak berserat. Biji buahnya tetap lunak, tapi rambutnya terasa agak kasar. (http://www.agrosukses.com).