Geliat Cacing, Raup Rejeki
Fauna ini kerap
disepelekan, dan dianggap menjijikkan. Bagi Wagirun, geliat cacing
justru jadi sumber rezeki. Akibat ulah licik para ma-fia atau spekulan tidak
ber- tanggungjawab, bisnis cacing menjadi suram. Meskipun begitu, Wagirun tetap
bertahan beternak cacing. "Jika tidak menguntung-kan tentu saya sudah
ikut-ikutan kabur mas," ungkap Wagirun yang kini menggeluti usaha kotoran
cacing dan bubuk cacing.
Menurut Wagirun,
yang paling penting menyiasati dan mencari pasar. "Dulu petani cacing
gulung tikar lantaran terjebak persoalan pasar. Para spekulan meminta agar
calon peta-ni membeli cacingnya dengan harga tinggi. Dengan janji palsu, hasil
panen akan dibeli. Kenyataannya setelah berhasil dibiakkan, spekulan itu
ngacir," paparnya. Pengalaman itu bikin jera banyak petani. Terlebih
petani latah. Usaha cacing pun menjadi dipandang sebelah mata.
Menjual Kotorannya
"Selama ini saya menjual pupuk untuk keperluan proyek
pertamanan, dan saya titipkan di berbagai toko pertanian. Cacingnya saya
jadikan bubuk lantas dikapsulkan. Lumayan 1 kapsul berisi 500 g" terang
anggota Asosiasi Vermi Indonesia
itu.
Cacing bukan
produk utamanya. Justru kotoran alias kascing sebagai produk utama. Kascing
sangat bagus untuk menyuburkan tanaman hias, sayur, dan buah. Tidak berbau. Ada
yang berbentuk serbuk, pelet, dan cair.
Cacing yang
dibudidayakan jenis cacing tanah yang diintroduksi dari Hongkong, yaitu
Lumbricus rubellus. Bentuknya mirip cacing tanah kebanyakan. Hanya saja warnanya
lebih merah. Cacing ini lebih doyan makan daripada cacing tanah biasa.
Wagirun
membudidayakan cacing sebagai binatang penghasil pupuk. Kadar hara dalam
kotoran cacing lebih baik daripada jenis pupuk lain. "Penelitian di Jepang
mengakui, pupuk kascing adalah pupuk unggul di dunia,"
Wagirun juga
punya idealisme. "Di Jakarta 'kan banyak sampah melimpah ruah. Daripada
selalu bikin masalah dan banjir 'kan bisa dimanfaatkan sebagai pakan cacing.
Udah murah, banyak, pasokannya kontinyu," terang pria asal Kebumen, Jawa
Tengah ini.
Cacing Lumbricus
rubellus mampu berproduksi optimal di dataran tinggi berhawa sejuk. Lokasi
pemeliharaan juga harus lembap. Tempat teduh atau terhindar dari sinar matahari
(gelap lebih bagus). Terbebas dari berbagai hama, semisal kecoa, semut, dan
kutu ayam (gurem).
Menurut Wagirun,
ada banyak ba-han bisa digunakan sebagai media budidaya cacing. Contohnya,
kotoran sapi, kambing ayam dan sampah or-ganik. Namun berdasar hasil penelitian
oleh SUC0FIND0, dan berbagai pene-litian di Jepang, kotoran sapi paling bagus
digunakan sebagai media atau pakan cacing.
Sebelum digunakan
sebagai pakan cacing, kotoran sapi harus sudah benar- benar jadi (matang).
Artinya, sudah tidak membusuk lagi dan sudah tidak mengalami proses fermentasi
lagi. Sebab, bila hal itu ter-jadi, bisa mengganggu pertumbuhan cacing. Bahkan
bisa mengakibatkan kematian cacing. Karena itu, agar lebih aman, kotoran itu
sebaiknya disimpan selama 1- 2 minggu lebih dulu.
Cacing mampu
berkembang biak cepat. Seekor induk dewasa mampu menghasilkan ratusan telur
setiap bulannya. Idealnya, dalam setiap besek dihuni indukan. Sebelum in-duk
dimasukkan dalam besek, media atau pakan dimasukkan lebih dulu. Setiap besek
butuh sediaan pakan sebanyak 1 kg per hari. Pada malam hari, cacing mengganyang
habis pakan itu. Jadi, Anda harus menyediakan jatah pakan secara rutin sebanyak
1 kg setiap hari untuk memenuhi 1 besek cacing. Rakus, ya!